Minggu, 18 September 2016

Tetesan Duka

Dengarlah kawan,
Sahabat karibku terkasih.
Tiap tetesan duka berlinang
memberi sejuta harapan baru.
Tiap tetesan duka berpeluh
memberi seribu cahaya kemilau.

Tetesan duka sedih berkepanjangan
tak menunggu senang sedikit pun.
Barangkali dunia tak berpihak,
malang makin menghimpit.
Tapi di masa yang akan datang itu
tersedia banyak sempatan emas.

Saat-saat itu, dimana Kau terdiam,
tak ada lagi lantunan kesayuan ngeri.
Tak ada lagi itu sulitan tak pasti.
Kau kan’ terbuai dalam nyamannya hari,
sesekali hibur mengikutimu bergantian.
Wajarlah sempatan itu Kau miliki.

Jibaku kali ini persembahkanlah itu
sebagai sumber kehausan sendiri.
Bersendalah bagai sahabat setiamu,
berilah dia waktumu tuk’ berjumpa.
Pantulkan setiamu dalam melodi,
Kau, bersabarlah kala siksa mendatangi.
Ini prosesi kecil menuju harap cahayamu.


#pejuangkecil

Selasa, 08 Desember 2015

Persahabatan itu indah, manis dan ‘kusam’


(gambar: http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/06/tentang-sahabat-dekat-dan-sahabat-jauh.html)


Kuingin menoreh tentang persahabatan indah ini, namun Sindentosca telah melukiskannya bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Begitulah hal yang tak mudah berubah menjadi indah. Dari ketidaktahuan menjadi tahu. Tahu tentang sesuatu yang indah, yang membuat pengetahuan bertambah dan persaudaraan menjadi nyata.

Kuingin berceloteh tentang persahabatan manis ini, namun Sherina Munaf telah mengartikannya bagai karunia Allah yang patut disyukuri. Dan memang benar ia patut disyukuri karena lahir dari-Nya untuk dunia yang berkembang, yang lebih baik. 

Kuingin mendandani persahabatan ‘kusam’ ini, namun The Rain telah membumbuinya dengan cinta yang takkan pudar. Landasan titik pacunya adalah cinta yang tak lekang oleh waktu, tak mati karena kesalahan, dan hidup karena terberi.

Lalu, aku harus melakukan apa? Mengatakan apa? Atau minimal menuliskan apa tentangnya? Tentangnya, kutak dapat membayangkan sesuatu yang jauh lebih besar lagi. Tentangnya, kutak dapat mengatakan sesuatu yang lebih indah lagi. Tentangnya, kutak dapat menambahkan apa-apa lagi, selain, seperti siulan Sherina Munaf, kusyukuri. Barangkali, di sini aku berdiri sejajar dengan D’Masiv, meneropong hidup yang perlu untuk disyukuri karena semuanya adalah anugerah.

Ia itu indah, manis, ‘kusam’, lalu disyukuri. Itulah dia, persahabatan! Ia mengubah dunia, karena terberi untuk dunia. Keindahannya itu tak tersembunyi, nyata dalam kosa-kata yang lugu nan mengikat. Ia memberi harapan untuk tetap sabar dalam penantian panjang dengan akhir yang pasti. Ia meluangkan waktu untuk bepergian dalam damai yang tahan lama.

Ya, semuanya karena dia adalah anugerah dari Yang Kuasa. Makanya, ia pulalah yang patut dipersembahkan kepada-Nya dengan nada-nada pujian, dengan doa yang tak kunjung henti dan dengan kasih yang tak pernah padam.

Terima kasih atas persahabatan yang terjalan sepanjang ini, selama mungkin nanti, dan seabadinya dalam Dia. Syukur padaMu, Tuhan, Engkau memberi yang terbaik untuk kami.

Salam :)